KETUA LAGI SANTAI KAWAN

seorang ketua kelas bernama Budi, yang harus mengatasi tantangan ketika dua calon ketua memiliki jumlah suara yang sama dan suasana kelas menjadi gaduh. Budi, yang bertindak sebagai moderator, berhasil menenangkan suasana dan mengarahkan kelas untuk memilih kembali, menunjukkan bahwa komunikasi dan musyawarah dapat menyelesaikan masalah dengan adil dan tenang.
Kisah Budi dan Pemilihan Ketua Kelas
Matahari pagi menyusup ke kamarku, menandai Senin yang penuh harapan. Hari pertama setelah libur kenaikan kelas selalu terasa istimewa. Suara Rika memanggilku dari luar rumah, "Ratna, ayo cepat!" Aku, yang dipanggil Ratna, buru-buru bersiap. Hari ini adalah hari perkenalan dan pembentukan struktur organisasi kelas baru.
Setelah perkenalan singkat, pemilihan ketua kelas pun dimulai. Aku diminta menjadi moderator, tugas yang menuntutku untuk memimpin dan menengahi diskusi secara adil. Pemungutan suara dilakukan dengan menulis nama calon di kertas kecil dan mengumpulkannya di kotak suara.
Hasil perhitungan suara mengejutkan. Dua calon, Bagas dan Bunga, mendapatkan jumlah suara yang sama. Suasana kelas mendadak menjadi gaduh. Teman-teman mulai berteriak, memperebutkan preferensi masing-masing.
"Tenang, semuanya!" seruku, suaraku berusaha mengendalikan kekacauan. Aku memberikan arahan untuk melakukan pemungutan suara ulang, secara khusus memilih antara Bagas dan Bunga. Teman-teman satu kelas menyepakati.
Proses ulang berjalan dengan lebih tenang. Akhirnya, Bunga terpilih sebagai ketua kelas. Wali kelas yang menyaksikan kejadian itu pun menyampaikan rasa bangganya, "Saya bangga kalian mampu menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah,
seperti hari ini," katanya. Aku tersenyum, menyadari betapa pentingnya komunikasi dan proses demokrasi dalam menghadapi perbedaan.